Jumat, 15 Juni 2012

Pendahuluan : Sosiolinguistik



Bahasa bisa kita temui di manapun kita berada, kehidupan manusia normal tidak bias luput dari bahasa. Bahasa mamupu menjembatani hubungan kita dengan orang lain, dan bahkan perangkat pengetahuan manusia yang demikian banyak  juga tersimpan dan disebarluaskan melalui bahasa. Studi ilmiah tentang bahasa itu lazimnya dikenal sebagai lingustik.
1.      Perkembangan Studi Bahasa
Bahasa dapat dipelajari dari beberapa sudut pandang, misalnya dari  sudut keberadaanya pada waktu tetentu. Ada 2 jenis pendekatan tentang kajian bahasa yaitu :
a.      Pendekatan Sinkronik : pendekatan yang mengkaji kronologi suatu bahasa yang terdapat pada suatu masa tertentu tanpa adanya interval waktu.
Contoh : kajian tentang bahasa Indonesia pada tahun 1990-an
b.      Pendekatan Diakronik : pendekatan yang mengkaji perubahan – perubahan  pada suatu bahasa yang terjadi antara 2 waktu ( ada tenggang waktu).
Contoh : Studi tentang perkembangan bahasa Latin menjadi bahasa-bahasa Romans (Romance) modern.
Studi tentang linguistik dapat bersifat Teoritik maupun Terapan :
a.      Linguistik Teoritik : menekuni penyusunan model atau teori bahasa dan menerangkan struktur-strukturnya.
b.      Linguistik Terapan : memanfaatkan teori temuan linguistik teoritik untuk digunakan dalam pengajaran bahasa, penyusunan kamus, atau terapi gangguan berbahasa.
Terdapat beberapa pendekatan-pendekatan awal pada kajian linguistik berlangsung dari abad kelima sebelum Masehi hingga abad ke-19. Panini, seorang ahli tata bahasa dari India telah mendeskripsikan bunyi dan tata bahasa Sanskrit pada ± 400 SM. Pada awal abad 18 filsuf Jerman, Gottfried Wilhelm Leibniz menegaskan bahwa bahasa-bahasa di Eropa, Asia dan Mesir diperkirakan berasal dari satu moyang bahasa. Atas dasar perkiraan Leibniz ini, orang termotivasi untuk memulai studi di bidang filologi atau linguistik komparatif. Menjelang akhir abad ke-18 Sir William Jones (1746-1794) seorang pakar asal Inggris mendapati bahwa bahasa Sanskrit memiliki banyak kesamaan dengan bahasa Latin dan Yunani. Jacob Grimm, ahli filologi dari Jerman dan Rasmus Christian Rask (1787-1832), ahli filologi dari Denmark mencatat bahwa bila bunyi kata dari suatu bahasa selaras dengan bunyi yang mirip dengan kata-kata dari bahasa lain yang terkait, maka kedua bahasa itu memiliki pola perubahan bunyi yang sama.
Sekitar akhir abad ke-19 banyak kajian dilakukan terhadap bunyi bahasa. Ahli-ahli bahasa dari Eropa yang tergabung dalam kelompok Neogrammarian mengemukakan bahwa bukan saja bunyi-bunyi tersebut selaras, memiliki pola yang sama, akan tetapi setiap kekecualian terhadap aturan bunyi ini menandakan bahwa bunyi yang tidak selaras, tentunya dipungut dari bahasa lain. Deskripsi tentang keselarasan bunyi ini pula yang memungkinkan pembandingan bentuk-bentuk yang berbeda yang diucapkan penutur bahasa dari kelompok dan wilayah yang berlainan. Studi di bidang ini dikenal sebagai Dialektologi.
Dalam abad ke-20 studi linguistik berkembang ke beberapa arah. Pertama, Linguistik Deskriptif dan Struktural. Model analisis deskriptif ini pertama kali dilakukan oleh Franz Boas seorang ahli antropologi keturunan Jerman-Amerika bersama Edward Sapir (1884-1939) ketika mereka mempelajari bahasa-bahasa Indian di Amerika.
Berdasarkan karya Boas dan Sapir, Leonard Bloomfield (1887-1949) seorang linguis Amerika, melakukan analisis tingkah laku (behaviouristic) terhadap bahasa. Dalam bukunya, Ferdinand de Saussure (1857-1913), seorang linguis asal Swiss, membedakan antara konsep-konsep “langue” dan “parole” yaitu:
a.      Langue : pengetahuan yang dimiliki seorang penutur sehingga dapat membedakan gramatikal-tidaknya suatu kalimat dalam bahasa yang ia gunakan.
b.      Parole : perilaku bahasa atau ujaran yang diucapkan oleh penutur.
Bentuk linguistik lainnya lahir dan dikembangkan di Prague pada tahun 1930-an. Para linguis dari mazhab Prague menekankan fungsi dari unsur-unsur internal bahasa. Mereka menegaskan pemerian terhadap suatu bahasa harus mencakup cara bagaimana pesan –pesan disampaikan.
Aliran linguistik berikutnya ialah Tata Bahasa Transformasi- Generatif (Transformational – generative Grammar), pada pertengahan abad ke-20 seorang linguis Amerika, Noam Chomsky menyatakan bahwa linguistik seyogyanya beroperasi lebih jauh dari pada hanya menerangkan struktur bahasa. Sistem analisis bahasa yang membantu menggenerasikan kalimat-kalimat yang tidak gramatikal ini, dinamai Tata Bahasa Generatif (Generative Grammar). Sedangkan Tata Bahasa Transformasi (Transformational Grammar) yaitu mengambil unit-unit semantik yang paling dasar.
Pada tahap berikutnya muncul Linguistik Komparatif Modern, yang juga lahir pada abad ke-20.
2.      Pasca Linguistik Komparatif Modern
Memasuki dekade keempat abad ke-20, para ahli filsafat seperti Morris (1938,1946) dan Carnap (1942) telah banyak memperbincangkan tentang cabang baru ilmu bahasa, yakni Pragmatik (Pragmatics), yaitu “studi tentang bagaimana ujaran-ujaran memperoleh maknanya dalam situasi atau konteks”. Terdapat kemiripan antara Semantik dan Pragmatik yaitu sama-sama mengkaji makna namun ada pula perbedaannya yaitu:
a.      Semantik : terdapat hubungan Diadik maksudnya melibatkan dua komponen, makna apa dari X.
b.      Pragmatik : terdapat hubungan Triadik yang mencakup tiga hal ; makna apa, menurut saudara tentang X.
3.      Sosiolinguistik
Ilmu ini bersifat Interdisipliner, gabungan dari Sosio-(Logi) dan Linguistik. Fishman dalam Giglioli mengatakan bahwa “Ilmu ini meneliti meneliti interaksi antara dua aspek tingkah laku manusia: penggunaan bahasa dan organisasi tingkah laku sosial”. Bram dan Dickey mengkhususkan sosiolinguistik pada bagaimana bahasa berfungsi di tengah masyarakat. Dua hal yang menjadi fokus dari sosiolinguistik yaitu : Bahasa dan Dimensi Kemasyarakatan.
4.      Pembidangan Linguistik
Secara garis besar linguistik dibagi dalam dua bagian, yaitu:
a.      Mikrolinguistik : mempelajari bahasa secara internal; dari dalam sistem bahasa itu sendiri.
b.      Makrolinguistik : menganalisis bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor eksternal di luar sistem bahasa; termasuk di dalamnya ilmu-ilmu bahasa terapan.
5.      Empat Bagian Pembahasan
Bagian pertama buku ini terdiri dari 2 bab : mengenai sejarah perkembangannya secara umum, dan pendalaman isu-isu sosiolinguistik.
Bagian kedua mencakup empat bab dengan konsentrasi pembahasan hubungan antara bahasa dengan masyarakat. Masalah utama dalam bagian ini antara lain pengelompokkan bahasa berdasarkan studi komparatif, munculnya variasi bahasa, akibatnya muncul multilingualisme dalam segala aspek masyarakat.
Bagian ketiga ditampilkan hubungan antara bahasa dan kebudayaan. Dalam bagian ini dibahas tiga topik, yakni hubungan bahasa dengan kebudayaan, fenomena sopan santun berbahasa dan komunikasi lintas budaya.
Bagian terakhir yang hanya terdiri dari satu bab mengetengahkan tentang hubungan dan manfaat sosiolinguistik bagi pengajaran bahasa. 

Tidak ada komentar: