Jumat, 15 Juni 2012

Bahasa


BAHASA : HAKEKAT dan PERKEMBANGAN

Bahasa digunakan sehari-hari oleh siapa saja dalam transaksi apa saja, dan oleh karena itu didefinisikan sebagai komunikasi antar makhluk manusia, yang dicirikan dengan penggunaan simbol-simbol lisan atau tertulis secara acak (arbitrer) sesuai makna yang telah disepakati. Bahasa juga dianggap sebagai salah satu bentuk pengetahuan, yaitu bentuk pemikiran dan pemahaman (Cognition).
1.      Pendekatan Kajian
Bahasa dapat dipelajari sekurang-kurangnya dua dimensi, yaitu dimensi penggunaan dan struktur. Dalam dimensi penggunaan menjadi kepedulian berbagai bidang studi antara lain : kesusasteraan, komunikasi, retorika, sosiologi, ilmu politik dan psikologi. Sebaliknya dimensi struktur menjadi kepedulian para linguis. Di bidang linguistiklah bahasa diberi definisi.
Para ahli linguistik struktural dan deskriptif memandang bahasa lisan sebagai memiliki struktur hirarkis yang terdiri dari tiga tingkat : bunyi, kombinasi bunyi (seperti pada kata), kombinasi kata (kalimat).
Para ahli bahasa transformasi generatif mendefinisikan bahasa sebagai pengetahuan.
2.      Ciri-ciri Bahasa Manusia
Studi tentang bahasa sebagai alat komunikasi mencakup dua hal: isyarat bermakna dan bunyi. Bahasa manusia memiliki 7 ciri khas yaitu :
a.      Bahasa manusia memiliki sistem yang terpisah namun saling terkait baik pada tata bahasa, bunyi maupun isyarat.
b.      Bahasa manusia memungkinkan terkomunikasinya hal-hal baru.
c.       Manusia membedakan antara isi pesan yang dikomunikasikan dan label yang mewakili isi pesan.
d.      Dalam komunikasi manusia, bahasa lisan dapat dipertukarkan dengan makna yang didengar.
e.      Bahasa manusia digunakan untuk maksud-maksud khusus; terdapat “kebohongan” yang disengaja di balik apa yang dikomunikasikan.
f.        Apa yang diutarakan dapat merujuk ke masa lampau dan masa yang akan datang.
g.      Bahasa manusia dipelajari anak-anak dari orang dewasa dan diturunkan dari generasi ke generasi
3.      Perkembangan dan Perubahan Bahasa
Didefinisikan sebagai pemroduksian dan persepsi ujaran, bahasa berkembang maju perlahan sebagaimana manusia pun berkembang. Sebagai satu sistem komunikasi, bahasa dapat dihubungkan dengan sistem komunikasi hewan. Bedanya, bahasa manusia memiliki aspek-aspek kreatif dan interpretatif. Pemahaman akan ujaran manusia diyakini sebagai melibatkan spesialisasi belahan hemisfir kiri otak manusia (area Broca).
Produksi bahasa manusia terjadi untuk pertama kalinya pada manusia Neanderthal (100.000-30.000 tahun silam); dispekulasikan orang bahwa kurang lebih pada 40.000-30.000 tahun silam, muncullah manusia modern, Homo Sapiens, dengan tengkorak dan rongga vocal yang sudah cukup memadai untuk memungkinkan berbicara.
Dalam abad ke-18 seorang ahli filsafat dari Jerman, Gottfried Wilhelm Leibniz menyatakan bahwa  semua bahasa kuno dan modern tumbuh dan berkembang dari hanya satu proto bahasa. Teori bahwa rumpun-rumpun bahasa dewasa ini berasal dari banyak bahasa asli dinamai teori poligenesis.
Sifat keuniversalan suatu bahasa dapat dilihat pada beberapa kenyataan :
a.      Di mana terdapat manusia, di situ ditemukan bahasa.
b.      Tidak ada bahasa “primitif” semua bahasa sam kompleks dan sama mampunya dalam mengungkapkan suatu maksud.
c.       Hubungan antara bunyi dan makna dalam bahasa lisan, dan antara gerak-isyarat dengan makna dalam bahasa isyarat, sebagian besar bersifat arbitrer.
d.      Semua bahasa manusia memanfaatkan seperangkat bunyi terbatas yang dikombinasikan untuk membentuk unsur-unsur atau kata-kata yang bermakna.
e.      Semua tata bahasa memiliki aturan pembentukan kata dan kalimat.
f.        Kategori-kategori gramatik semirip ditemukan dalam semua bahasa.
g.      Terdapat sifat-sifat keuniversalan semantic, seperti “jantan” dan “betina”.
h.      Setiap bahasa memiliki cara untuk menunjukkan masa lampau, kemampuan mengingkar, kemampuan mengajukan pertanyaan, memberikan instruksi, dll.
i.        Setiap anak normal mampu mempelajari bahasa apa saja bila ia diterjunkan di tengah masyarakat penutur bahasa tersebut.
4.      Dialek, Argot, dan Jargon
Ciri-ciri unik berbahasa dari seorang penutur secara individual ini dinamai “Idiolek”. Sedangkan “Dialek” adalah suatu variasi bahasa yang berbeda secara konsisten dari variasi (ragam) lain dari bahasa yang sama yang digunakan di kawasan-kawasan geografis yang berlainan dan oleh kelompok-kelompok social yang juga berlainan.
Orang-orang yang mempunyai kegiatan-kegiatan atau profesi yang sama dapat saja memiliki bahasa khusus yang dinamai “Argot”. Sedangkan argot khusus yang dimiliki oleh suatu profesi tertentu yang membedakan mereka dari kelompok lain disebut dengan “Slang”. Satu argot atau terminologi khusus sebagaimana digunakan antar sesama profesi, tanpa suatu konotasi slang, dinamai “Jargon” atau didefinisikan pula dengan kata yang sama di 2 bidang yang berbeda, contoh : kata kaidah dalam hukum islam berbeda dengan kaidah dalam pelajaran bahasa Arab.
5.      Pidgin dan Creole
Bahasa bisa saja mengalami perubahan yang terjadi dalam waktu singkat sebagai akibat dari kontak antar dua atau lebih masyarakat yang masing-masing berbicara dengan bahasanya sendiri. Dalam kondisi demikian dapat muncul bahasa “Pidgin” dan bahasa “Creole”
a.      Pidgin : didasarkan secara gramatikal pada satu  bahasa namun dipengaruhi, terutama dalam kosa kata, oleh bahas-bahasa lain. Pidgin sering kali merupakan akibat dari kontak antara pedagang dengan penduduk kepulauan atau daerah pesisir.
b.      Creole : merupakan bahasa yang berasal dari para penutur pidgin yang beranak-pinak kemudian mempelajari bahasa pidgin tersebut sebagai bahasa pertama.
6.      Lingua Franca
Banyak kawasan di muka bumi ini yang dihuni oleh orang-orang yang berbicara bahasa-bahasa yang sangat berbeda (divergent) satu sama lain. Di kawasan demikian di mana kelompok-kelompok masyarakat dituntut berkomunikasi demi kepentingan sosial dan komersial, biasanya digunakan satu bahasa berdasarkan kesepakatan bersama. Bahasa tersebut dinamai “Lingua Franca”.
Lingua Franca tidak hanya terjadi pada suatu negara, contoh : Indonesia, yang memiliki bahasa Lingua Franca bahasa Indonesia. Namun bisa juga terjadi antar negara, contoh : Timur Tengah, yang memiliki bahasa Lingua Franca bahasa Arab.


RINGKASAN
BAB III
PENGELOMPOKAN BAHASA di DUNIA
           
Dalam kenyataannya terdapat ribuan bahasa di muka bumi ini. Klasifikasi genetik yang lazim dibuat sangat bersifat tentative karena metode komparatif yang diterapkan sangat terbatas dalam menjangkau area bahasa yang sedemikian luas.
Selama ini dikenal lima rumpun bahsa utama di dunia, yaitu : Proto Indo-Eropa, Eurasia (selain Indo-Eropa), Pasifik, Afrika dan Amerika (Indian).
1.      Rumpun Indo Eropa
Rumpun Bahasa
PROTO INDO-EROPA






2.      Rumpun Eurasia ( Non Indo-Eropa)
Beberapa bahasa yang terdapat di rumpun Indo-Eropa adalah :
a.      Kelompok Basque : digunakan di daerah Pirenea serta kelompok bahasa Finno-Urgik, mencakup bahasa finlandia dan Hungaria. Kelompok bahasa ini menyebar pula ke daerah dari Skandinavia sampai Siberia. Bahasa yang digunakan antara lain: Estonia, Lappish, Cheremiss, Mordvin dan Samoyed.
b.      Kelompok Altaik : menyebar dari Asia Tengah dan Utara termasuk kawasan Mediteran sampai ke Pasifik. Tergabung bahasa Turki yang mencakup Azerbayan, Uzbek, dan Kirghiz yang berada di bagian barat. Di sisi timur terdapat terdapat kelompok bahasa Mongol dan Manchu. Diperkirakan kedua kelompok Finno Urgik dan Altaik dinamai kelompok Ural Altaik, bahasa Korea dan Jepang termasuk kelompok terakhir ini.
c.       Di Kaukasus antara daerah laut Hitam dan Kaspia dikenal beberapa bahasa yaitu : Kabardia, Avar, dan Abkhasia. Di Kaukasia selatan terdapat bahasa Georgia. Di sisi timur laut dijumpai kelompok lain seperti bahasa Ainu di Jepang, dan Chukchi serta Gilyak.
d.      Di India bagian utara terdapat bagian rumpun bahasa Indo-Eropa. Di bagian selatan orang menemui kelompok bahasa Dravida, bahasa utama di kelompok ini adalah Telugu dan Tamil. Sedangkan bahasa yang penuturnya tidak begitu terkenal adalah : Kanal, Malayala, Brahui, Gondi, Kurukh, dan Kui. Kelompok ketiga ialah Munda yang terkait dengan bahasa yang dipakai di Asia tenggara seperti bahasa Mon, Khmer, dan Vietnam, kelompok terakhir ini dikenal sebagai rumpun bahasa Austro-Asiatik.
e.      Sub rumpun lain yaitu : rumpun bahasa Cina, rumpun bahasa Tibet-Burma, yang lainnya dalah Tai atau Kadai yang mencakup bahasa Tai dan Laos.
3.      Pasifik (Austronesia)
Bahasa–bahasa di kawasan Pasifik umumnya terbagi atas empat kelompok :
a.       Kelompok bahasa Aborigini Australia
b.       Kelompok bahasa Tasmania yang sudah punah
c.        Kelompok bahasa daerah di pulau Papua serta pulau-pulau kecil di sekitarnya.
d.         Kelompok Melayu-Polinesia, terdiri atas tiga sub kelompok yakni: Indonesia,   Melanesia dan Polinesia. termasuk kelompok Indonesia adalah bahasa Malagasi (Madagaskar), Melayu (Malaysia), Indonesia, Formosa, dan Filipina. Bahasa-bahasa penting dalam kelompok ini adalah : bahasa Melayu, Indonesia, Jawa, Sunda, Dayak, Batak, Tolour, Bali, Bugis, Formosa, Tagalog, Ilicano, dan Visaya. Sedangkan yang termasuk rumpun Melanesia yaitu : di Pasifik bagian selatan dengan bahasa utama Fiji. Sub kelompok bahasa Polinesia terdapat di ujung timur Pasifik dengan bahasa-bahasa utama seperti Samoa, Hawai, Tahiti dan Maori (yang dipakai di Selandia Baru).


4.      Afrika
a.         kelompok bahasa Afro-Asiatik di Afrika bagian utara. Kelompok ini mengenal 5 cabang bahasa yaitu:
·           Semitik, menurunkan bahasa-bahasa antic seperti Hibrani, Akadia, Aramaik, Phoenicia, Arab dan Ethiopia Kontemporer.
·           Mesir, Bahasa Mesir Kuno sudah dipakai orang sejak tahun 4.000 SM. Dan masih bertahan hingga abad ke-7 Masehi setelah digantikan oleh bahasa Arab. Namun bahasa ini masih dipakai sebagai liturgy dengan nama bahasa Koptik.
·           Berber, di kawasan Afrika Utara terdapat cabag dari bahasa Berber yaitu: Tuareg, Zenaga, Kabyl dan Shilh.
·           Kushitik, cabang dari bahsa ini adalah bahasa Somali dan Gala.
·           Chad, dituturkan di sekitar Nigeria dengan bahasa utama Hansa.
b.         Kelompok bahasa Congo-Niger di sebagian besar kawasan Afrika bagian Selatan. Dengan bahasa utamanya bahasa Bantu, yang menurunkan bahasa-bahasa penting seperti: Swahili di Afrika Timur sebagai bahasa bisnis. Yang lainnya adalah bahasa Zulu, Nyanja, Xhosa, dan Sotho. Cabang bahasa Congo-Niger ini juga terdapat di bagian selatan Tanduk Afrika sebelah barat sampai sisi timurnya dengan bahsa utama seperti Ibo, Yoruba, Ewe, Twi, Fanti, Malinke, Fulani, Wolof, dan Sango.
c.         Kelompok bahasa Khoisa yang memiliki bahsa Bushman dan Hottentot.
Ditemukan pula tiga kelompok bahasa lainnya, yaitu : Chari-Nil, Songhai, dan Sahara Tengah
5.      Amerika (Indian)
a.         Di bagian selatan benua ini terdapat bahasa Quechua di Peru, yang lainnya Chibcha, Huelche, Kariba, Pano, Jivaro, Tukano, Arawaka, dan Tupi-Guarani.
b.         Di bagian tengah agak lebih baik, di Mexico bagian selatan dijumpai kelompok bahasa Maya meliputi semenanjung Yucatan di Mexico, serta Guatemala, Honduras, dan El Salvador.
c.          Ke arah timur dan selatan dijumpai kelompok Chibcha.
d.         Ke arah utara dan barat digunakan bahasa Otomanguia yang meliputi bahasa Mixteco, Zapoteco, Trique, Amusgo, Zoque, Popoloca, Otomi, dan lain-lain.
e.         Di utara terdapat kelompok bahasa Aleut Eskimo, dua kelompok lainnya adalah Athabaska dan Algonkia, bahasa penting meliputi Chipewya, Sarsi, Carrier, Hare, Tlingit dan Haida. Bahkan bahasa Navaho dan Appache yang dipakai di New Mexico dan Texas termasuk kelompok bahasa Athabaska. Sedangkan bahasa yang tergolong dalam Algonkia yaitu Blackfoot, Cree, Ojibwa, Illinois, Shawnee, Miami, Potawatomi, Kickapoo, Sauk, Fox, Menomini, Micmac, Abnaki, Delaware, Cheyenne dan Arapaho.
f.           Di sekitar danau Erie dan Ontario terdapat kelompok Iroquoia yang meliputi bahasa Mohawk, Wyandot, Oneida, Onondaga, Cayuga, Seneca, dan Cherokee.

Pendahuluan : Sosiolinguistik



Bahasa bisa kita temui di manapun kita berada, kehidupan manusia normal tidak bias luput dari bahasa. Bahasa mamupu menjembatani hubungan kita dengan orang lain, dan bahkan perangkat pengetahuan manusia yang demikian banyak  juga tersimpan dan disebarluaskan melalui bahasa. Studi ilmiah tentang bahasa itu lazimnya dikenal sebagai lingustik.
1.      Perkembangan Studi Bahasa
Bahasa dapat dipelajari dari beberapa sudut pandang, misalnya dari  sudut keberadaanya pada waktu tetentu. Ada 2 jenis pendekatan tentang kajian bahasa yaitu :
a.      Pendekatan Sinkronik : pendekatan yang mengkaji kronologi suatu bahasa yang terdapat pada suatu masa tertentu tanpa adanya interval waktu.
Contoh : kajian tentang bahasa Indonesia pada tahun 1990-an
b.      Pendekatan Diakronik : pendekatan yang mengkaji perubahan – perubahan  pada suatu bahasa yang terjadi antara 2 waktu ( ada tenggang waktu).
Contoh : Studi tentang perkembangan bahasa Latin menjadi bahasa-bahasa Romans (Romance) modern.
Studi tentang linguistik dapat bersifat Teoritik maupun Terapan :
a.      Linguistik Teoritik : menekuni penyusunan model atau teori bahasa dan menerangkan struktur-strukturnya.
b.      Linguistik Terapan : memanfaatkan teori temuan linguistik teoritik untuk digunakan dalam pengajaran bahasa, penyusunan kamus, atau terapi gangguan berbahasa.
Terdapat beberapa pendekatan-pendekatan awal pada kajian linguistik berlangsung dari abad kelima sebelum Masehi hingga abad ke-19. Panini, seorang ahli tata bahasa dari India telah mendeskripsikan bunyi dan tata bahasa Sanskrit pada ± 400 SM. Pada awal abad 18 filsuf Jerman, Gottfried Wilhelm Leibniz menegaskan bahwa bahasa-bahasa di Eropa, Asia dan Mesir diperkirakan berasal dari satu moyang bahasa. Atas dasar perkiraan Leibniz ini, orang termotivasi untuk memulai studi di bidang filologi atau linguistik komparatif. Menjelang akhir abad ke-18 Sir William Jones (1746-1794) seorang pakar asal Inggris mendapati bahwa bahasa Sanskrit memiliki banyak kesamaan dengan bahasa Latin dan Yunani. Jacob Grimm, ahli filologi dari Jerman dan Rasmus Christian Rask (1787-1832), ahli filologi dari Denmark mencatat bahwa bila bunyi kata dari suatu bahasa selaras dengan bunyi yang mirip dengan kata-kata dari bahasa lain yang terkait, maka kedua bahasa itu memiliki pola perubahan bunyi yang sama.
Sekitar akhir abad ke-19 banyak kajian dilakukan terhadap bunyi bahasa. Ahli-ahli bahasa dari Eropa yang tergabung dalam kelompok Neogrammarian mengemukakan bahwa bukan saja bunyi-bunyi tersebut selaras, memiliki pola yang sama, akan tetapi setiap kekecualian terhadap aturan bunyi ini menandakan bahwa bunyi yang tidak selaras, tentunya dipungut dari bahasa lain. Deskripsi tentang keselarasan bunyi ini pula yang memungkinkan pembandingan bentuk-bentuk yang berbeda yang diucapkan penutur bahasa dari kelompok dan wilayah yang berlainan. Studi di bidang ini dikenal sebagai Dialektologi.
Dalam abad ke-20 studi linguistik berkembang ke beberapa arah. Pertama, Linguistik Deskriptif dan Struktural. Model analisis deskriptif ini pertama kali dilakukan oleh Franz Boas seorang ahli antropologi keturunan Jerman-Amerika bersama Edward Sapir (1884-1939) ketika mereka mempelajari bahasa-bahasa Indian di Amerika.
Berdasarkan karya Boas dan Sapir, Leonard Bloomfield (1887-1949) seorang linguis Amerika, melakukan analisis tingkah laku (behaviouristic) terhadap bahasa. Dalam bukunya, Ferdinand de Saussure (1857-1913), seorang linguis asal Swiss, membedakan antara konsep-konsep “langue” dan “parole” yaitu:
a.      Langue : pengetahuan yang dimiliki seorang penutur sehingga dapat membedakan gramatikal-tidaknya suatu kalimat dalam bahasa yang ia gunakan.
b.      Parole : perilaku bahasa atau ujaran yang diucapkan oleh penutur.
Bentuk linguistik lainnya lahir dan dikembangkan di Prague pada tahun 1930-an. Para linguis dari mazhab Prague menekankan fungsi dari unsur-unsur internal bahasa. Mereka menegaskan pemerian terhadap suatu bahasa harus mencakup cara bagaimana pesan –pesan disampaikan.
Aliran linguistik berikutnya ialah Tata Bahasa Transformasi- Generatif (Transformational – generative Grammar), pada pertengahan abad ke-20 seorang linguis Amerika, Noam Chomsky menyatakan bahwa linguistik seyogyanya beroperasi lebih jauh dari pada hanya menerangkan struktur bahasa. Sistem analisis bahasa yang membantu menggenerasikan kalimat-kalimat yang tidak gramatikal ini, dinamai Tata Bahasa Generatif (Generative Grammar). Sedangkan Tata Bahasa Transformasi (Transformational Grammar) yaitu mengambil unit-unit semantik yang paling dasar.
Pada tahap berikutnya muncul Linguistik Komparatif Modern, yang juga lahir pada abad ke-20.
2.      Pasca Linguistik Komparatif Modern
Memasuki dekade keempat abad ke-20, para ahli filsafat seperti Morris (1938,1946) dan Carnap (1942) telah banyak memperbincangkan tentang cabang baru ilmu bahasa, yakni Pragmatik (Pragmatics), yaitu “studi tentang bagaimana ujaran-ujaran memperoleh maknanya dalam situasi atau konteks”. Terdapat kemiripan antara Semantik dan Pragmatik yaitu sama-sama mengkaji makna namun ada pula perbedaannya yaitu:
a.      Semantik : terdapat hubungan Diadik maksudnya melibatkan dua komponen, makna apa dari X.
b.      Pragmatik : terdapat hubungan Triadik yang mencakup tiga hal ; makna apa, menurut saudara tentang X.
3.      Sosiolinguistik
Ilmu ini bersifat Interdisipliner, gabungan dari Sosio-(Logi) dan Linguistik. Fishman dalam Giglioli mengatakan bahwa “Ilmu ini meneliti meneliti interaksi antara dua aspek tingkah laku manusia: penggunaan bahasa dan organisasi tingkah laku sosial”. Bram dan Dickey mengkhususkan sosiolinguistik pada bagaimana bahasa berfungsi di tengah masyarakat. Dua hal yang menjadi fokus dari sosiolinguistik yaitu : Bahasa dan Dimensi Kemasyarakatan.
4.      Pembidangan Linguistik
Secara garis besar linguistik dibagi dalam dua bagian, yaitu:
a.      Mikrolinguistik : mempelajari bahasa secara internal; dari dalam sistem bahasa itu sendiri.
b.      Makrolinguistik : menganalisis bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor eksternal di luar sistem bahasa; termasuk di dalamnya ilmu-ilmu bahasa terapan.
5.      Empat Bagian Pembahasan
Bagian pertama buku ini terdiri dari 2 bab : mengenai sejarah perkembangannya secara umum, dan pendalaman isu-isu sosiolinguistik.
Bagian kedua mencakup empat bab dengan konsentrasi pembahasan hubungan antara bahasa dengan masyarakat. Masalah utama dalam bagian ini antara lain pengelompokkan bahasa berdasarkan studi komparatif, munculnya variasi bahasa, akibatnya muncul multilingualisme dalam segala aspek masyarakat.
Bagian ketiga ditampilkan hubungan antara bahasa dan kebudayaan. Dalam bagian ini dibahas tiga topik, yakni hubungan bahasa dengan kebudayaan, fenomena sopan santun berbahasa dan komunikasi lintas budaya.
Bagian terakhir yang hanya terdiri dari satu bab mengetengahkan tentang hubungan dan manfaat sosiolinguistik bagi pengajaran bahasa.