Selasa, 19 Februari 2013

Makalah tentang Sosok Figur (Keteladanan)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Balakang

Globalisasi adalah sebuah perkembangan proses peradaban yang harus kita lalui bersama dengan segala dinamika yang membawa pengaruh dalam tata nilai berbangsa dan bernegara. Sejalan dengan perkembangan tersebut, akhirnya kita sadari saat ini Indonesia dihadapkan pada suatu situasi pencarian dan penelusuran kembali ciri dan karakternya, sebuah bangsa yang dulunya mempunyai karakter saling menghormati satu sama lain, terkenal lembut, malu berbuat penyimpangan, patuh pada aturan dan seterusnya. Kini menjadi bangsa garang yang mudah marah, terkesan semakin marak melakukan kekerasan, serta terkadang mudah disulut dengan perkara kecil yang tidak pantas untuk diributkan. Perilaku masyarakat terkesan semakin tidak beretika dan tidak disiplin dan nilai-nilai luhur budaya terkesan mengalami degradasi. Beberapa figur yang mestinya menjadi penuntun dan teladan bagi generasi muda hampir disemua lini dipertontonkan sebagi tokoh antagonis di berbagai media dan menjadikan rakyat nyaris tidak percaya terhadap apa yang didengar maupun dilihatnya. Perilaku tersebut merupakan contoh-contoh yang mencerminkan rendah dan lemahnya karakter bangsa Indonesia saat ini.
Generasi muda adalah tonggak utama sebagai  pondasi dalam keluarga maupun suatu Negara. Sementara itu, bidang kehidupan  sangat beragam bahkan dari waktu ke waktu terus berkembang. Pada setiap bidang tersebut banyak terisi oleh para genarasi muda baik di bidang pendidikan, perekonomian, politik, dll. Oleh karena itu, harus muncul keteladanan di setiap bidang kehidupan dan di setiap unsur dari pilar-pilar penyangga masyarakat kita.
Untuk menempuh jalan seperti ini, keteladanan adalah unsur terpenting yang harus direalisasikan. Khususnya keteladanan amaliyah (perbuatan) yang dapat menjadi contoh nyata bagi para generasi muda di sekelilingnya yang sangat membutuhkan sarana  konkrit dalam proses menjadi generasi sukses di masa mendatang.
Masyarakat sebagai satu kumpulan individu sudah pasti akan terkena pengaruh dari keteladanan. Baik pengaruh negatif maupun positif, baik yang menyebabkan kelemahan ataupun kekuatan masyarakat. Apabila yang berperan adalah keteladanan buruk, maka yang terjadi adalah pengaruh buruk yang menjadikan keruntuhan. Sebaliknya apabila yang berperan adalah keteladanan yang baik, maka pengaruh yang yang baik ini akan menimbulkan kekuatan di masyarakat.
Dari uraian di atas, penulis bermaksud mengemukakan beberapa hal dari manfaat pentingnya sosok keteladanan yang bisa dijadikan panutan bagi generasi muda dalam proses penumbuhan etika dan moral sehingga akan muncul generasi yang berakhlak dan beretika  pada semua sisi kehidupan manusia.

1.2.   Rumusan Masalah
A.    Apa pengertian akhlak, etika (moral)?
B.     Apa faktor-faktor terjadinya degradasi moral generasi muda Indonesia?
C.     Apa pengertian sosok teladan (figur)?
D.    Peran sosok teladan (figur) dalam proses pembentukan etika dan moral generasi muda Indonesia?

1.3.       Tujuan Penulisan
A.  Memaparkan kurangnya sosok teladan (figur) dalam setiap sisi kehidupan masyarakat Indonesia.
B.  Menjelaskan peran penting seorang sosok teladan (figur) dalam proses pembentukan etika (moral) generasi muda Indonesia.
C.  Memaparkan 3 sektor kehidupan yang banyak berpengaruh terhadap kualitas akhlak, dan etika (moral) generasi penerus bangsa.
 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.       Pengertian Akhlak dan Etika (Moral)
            Pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tabi’at, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun, dan dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti budi pekerti atau perilaku. Sedangkan secara Linguistic (kajian kebehasaan) kata akhlak merupakan isim jamid atau isim ghairu mustaq, yaitu kata yang tidak mempunyai akar kata, melainkan kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlak adalah jamak dari kata khulqun atau khuluq yang artinya sama seperti yang disebutkan di atas.
            Sementara itu Prof. Dr. Ahmad Amin membuat definisi tentang akhlak yaitu kehendak yang dibiasakan1.Dalam konsepnya akhlaq adalah suatu sikap mental yang mendorong untuk berbuat tanpa pikir dan pertimbangan. Keadaan atau sikap jiwa ini terbagi dua yaitu : ada yang berasal dari watak dan ada yang berasal dari kebiasaan dan latihan. Dengan kata lain tingkah laku manusia mengandung dua unsur yaitu: unsur watak naluri dan unsur usaha lewat kebiasaan dan latihan.
            Akhlak pada esensinya tidak dapat disamakan dengan etika. Kalau etika berkaitan dengan sopan santun antar sesama manusia, serta cenderung berkaitan dengan perilaku lahiriyah, maka akhlak mempunyai makna dan dimensi yang lebih luas, termasuk sikap batin maupun pikiran. Para pakar mencoba merumuskan tiga obyek dari akhlak. Pertama, Akhlak terhadap Tuhan;  Kedua, Akhlak terhadap diri sendiri dan sesama manusia, dan Ketiga, Akhlak terhadap lingkungan.
 

1 Amin Ahmad, Ilmu Akhlak, Jakarta , Bulan Bintang, 1999, hal. 12
2.2.  Faktor-faktor Terjadinya Degradasi Moral Generasi Muda Indonesia
            Indonesia, Negara yang terkenal dengan mayoritas penduduknya yang beragama Islam lebih dari 90%. Seiring dengan yang kita ketahui bahwa agama Islam sangat menjaga kesucian masyarakat dari segala bentuk kerusakan dan unsur-unsur yang mengarah ke sana, pada waktu yang sama kita menyaksikan di masyarakat Islam khususnya di Indonesia, adanya kerusakan dan dekadensi moral yang tersebar luas di bawah legitimasi hukum perundang-undangan penguasa setempat. Media pers (cetak dan elektronik) memainkan peran yang cukup besar dalam hal ini. Dalam hal penyebaran perusakan dengan film-film, drama-drama porno yang asusila, segala jenis lagu dan tarian-tarian yang tak memiliki nilai manfaat yang jelas. Pers juga turut andil dalam pemerataan tempat maksiat dan kejahatan, warung-warung minuman keras. Ini ditambah lagi dengan merebaknya penyakit-penyakit sosial seperti penipuan, suap, korupsi,  pencurian, pembunuhan, dan lain sebagainya.
            Sementara itu gedung-gedung bioskop dan televisi juga bebas menyuguhkan tayangan berupa film-film kekerasan dan kriminalitas. Film-film ini seolah-olah mengajarkan hingga sedetail-detailnya kepada para generasi muda bagaimana bertindak kriminal. Pada satu sisi kita melihat media ini mampu menyerukan kebersihan desa dan kota dari gaya hidup yang tidak bersih dan kekumuhan, karena dikhawatirkan akan tersebarnya penyakit-penyakit yang merusak badan. Pada sisi yang lain mereka justru secara tidak langsung membantu tersebarnya  penyakit moral yang merontokkkan etika dan akhlak generasi muda secara perlahan dan melenyapkan setiap pilar kepribadian di kalangan masyarakat.
            Hal di atas menyebabkan kehancuran keluarga dan masyarakat yang berakibat negara tidak lagi memiliki kemerdekaan yang sesungguhnya.
2.3.   Pengertian Sosok Teladan (Figur)
Keteladanan dalam bahasa Arab disebut Qudwah. Teknik pembentukan karakter ini meskipun sering terlupakan dalam dunia pendidikan,  merupakan salah satu teknik yang efektif dan dapat membuahkan hasil gemilang. Al-Abrasyi (1964) menulis bahwa keteladanan merupakan faktor utama dalam membentuk kebiasaan. Salah satu bentuk dari tehnik pembentukan karakter ini adalah keteladanan amaliyah.
Keteladanan Amaliyah sangat kuat pengaruhnya dalam proses perpindahan konsep dari orang pertama ke orang kedua dan seterusnya. Ia merupakan cermin dan wujud dari nilai-nilai dasar dan pemikiran. Ia bisa dilihat dengan jelas, dicontoh, dan diikuti. Berbeda dengan kata-kata, ceramah, atau tulisan, bisa jadi sebagian pendengar dan pembaca tidak memahami dan memahami maksudnya. Mungkin hanya sekedar teori belaka, sedang mereka sebagian besar tidak mengerti bagaimana penerapan akhlak dan etika yang baik, atau kadang-kadang sebagian dari mereka keliru menerapkan.
Salah satu metode pengajaran yang Allah terapkan adalah dengan memberikan contoh (keteladanan) bagi manusia dengan mengutus seorang Rasul. Sebagaimana Allah telah mengutus kepada kita Nabi Muhammad saw, dan menjadikannya sebaik-baik teladan. Satu hal yang logis dan tidak terbantah, bahwa Rasulullah saw. adalah teladan kita dalam berakhlak dan beretika. Rasulullah saw. adalah sumber keteladanan dalam penerapan etika di kalangan kaum muslimin periode awal. Beliau mempunyai pengaruh yang besar dalam memperkenalkan bagaimana akhlak yang baik terhadap sesama manusia, baik secara teori maupun praktek. Akhirnya kaum yang terkenal dengan julukan kaum jahiliyah (bodoh) ini mampu mencontoh beliau dalam masalah kecil maupun besar, baik berkenaan dengan ibadah maupun amalan sehari-hari seperti makan,minum, kehidupan bertetangga, dan sebagainya. Kalau kita tambahkan dengan perhatian Rasul di dalam membimbing kaum muslimin ke jalan kebaikan, dan mencegah dari segala sesuatu yang membahayakan,
Begitu besarnya urgensi keteladanan di dalam proses pembentukan etika dan moral bagi para generasi muda kita. Maka harus ada mahasiswa (siswa) teladan agar menjadi contoh bagi teman-temannya. Harus ada ada pula dosen (guru), anggota DPR, dokter, hakim, insinyur, polisi yang teladan. Demikianlah, harus dimunculkan para teladan yang mampu memberi contoh yang baik terhadap para manusia di sekitarnya agar bisa menjadi manusia yang tetap menjaga akhlak, etika (moral) dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi.
2.4.  Peran Sosok Teladan (Figur) dalam Proses Pembentukan Etika dan Moral Generasi Muda Indonesia
             Pada awalnya manusia terlahir dalam keadaan tidak mempunyai pengetahuan. Kemudian dari jalan pendengaran dan penglihatan serta akal pikiran yang diberikan oleh Allah, terlahirlah ma’rifah (pengetahuan) pada diri manusia yang bisa dijadikan sarana dalam menjalani hidupnya.
Pada fase-fase pertumbuhannya, manusia banyak bergantung dan meniru kepada segala hal yang dilihat dan didengar, karena kelemahan potensi kecerdasan yang dimiliki maka manusia pada awalnya memiliki cara pandang yang berbeda terhadap lingkungannya atau orang yang lebih dewasa darinya. Sehingga pada saat pola pikirnya mencapai kematangan, ia bisa menentukan hal-hal yang baik dan buruk bagi kehidupanya.
Demikian pula fenomena yang kita lihat pada bangsa-bangsa yang lemah ada kecenderungan untuk selalu mengekor kepada para imperialis yang menjajah negara mereka. Ini dilakukan karena adanya perasaan lemah dan kurang, seraya menyangka bahwa dengan hal itu mereka akan menjadi lebih kuat padahal boleh jadi apa yang mereka tiru akan menjadi sebuah awal dari kerusakan Negara mereka. Faktanya, kita sekarang juga mendapati di Negara kita ini, mereka yang menamakan diri sebagai tokoh-tokoh intelektual, yang dengan lantang mengatakan bahwa jika kita ingin maju dan beradab, kita harus berkiblat ke barat dalam segala hal. Sebuah ironi yang mestinya tidak perlu terjadi. Kenyataannya banyak pergeseran nilia-nilai moral yang terpengaruh ideologi barat yang menyerang masyarakat, seperti komunisme, sosialisme, kapitalisme, dan kerikil lainnya.
Budi pekerti, akhlak, etika, moral serta perilaku setiap individu khususnya para generasi muda akan berkembang melalui tiga sentra penting yaitu keluarga, masyarakat dan lembaga pendidikan. Kalau tiga pilar ini dapat memberikan keteladanan yang baik, maka individu tersebut akan menjadi baik. Tetapi kalau salah satu saja dari sentra pendidikan ini kurang berfungsi maka akan mempengaruhi perkembangan perilaku ke arah negatif.
A.    Keluarga
Keluarga atau rumah tangga adalah lembaga terpenting dalam kehidupan umat beragama maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini semua disebabkan karena peran besar yang dimainkan oleh keluarga, yaitu mencetak dan menumbuhkan generasi masa depan, pilar penyangga bangunan umat, dan perisai penyelamat bagi negara.
Dalam sebuah keluarga peran seorang ayah memiliki andil yang sangat besar dalam pembentukan akhlak dan etika anggota kelurga yang dipimpinnya. Sosok ayah harus menjadi teladan bagi istri dan anaknya sebagai kepala dan pimimpin keluarga. Seorang figur ayah yang baik hendaknya memiliki sikap-sikap sebagai berikut:
1.      Memiliki rasa tanggung jawab yang besar dan berat di hadapan Allah yaitu tanggung jawab memimpin keluarga.
2.      Dia harus menjadi teladan yang baik bagi istri dan anak-anaknya.
3.      Seorang suami harus memperlakukan istrinya dengan akhlak yang baik.
4.      Seorang suami harus bekerja sama dengan istri dalam mendidik dan menumbuhkan anak-anak dengan pendidikan yang islami.
5.      Seorang pemimpin keluarga teladan harus mampu mengendalikan keluarganya, tidak terlalu keras dan tidak terlalu lunak, tidak terlalu kikir dan tidak terlalu boros, seimbang; tidak mengekang dan tidak terlalu membebaskan.
Jika orang tua mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya. Maka akan lahir generasi yang menjadi manusia-manusia teladan di masa depan.


B.     Lembaga Pendidikan
Putra-putri terbaik negeri ini melalui masa-masa berurut dalam bidang pendidikan ini. Di sini mereka menghabiskan masa untuk pertumbuhan dan pembinaan kepribadian  dan karakter, terutama perilaku dan adab dari prinsip dan nilai-nilai serta keteladanan dari para pendidik.
 Itulah sebabnya, maka Ibnu Sina menegaskan perlunya guru yang bertindak sebagai  mursyid (orang yang memberi petunjuk) dan referensi hidup  yang dapat diteladani. Seorang guru di sekolah adalah pendidik yang menanamkan benih-benih pertama karakter mulia serta sikap dan perilaku determinan dalam diri para generasi muda.
Keteladanan lainnya yang dapat membantu proses pembentukan etika generasi muda bangsa ini adalah jika para pemimpin lembaga pendidikan baik dari jenjang sekolah (Kepala Sekolah) maupun jenjang pendidikan tinggi (Rektor) beserta jajaran di bawahnya seperti Dosen (Guru) dan karyawannya mampu memberi contoh perilaku nyata kepada para siswa (mahasiswa) dalam kehidupan beretika sehingga akan muncul figure ideal dari siswa teladan  yang berkepribadian kokoh dan berwawasan luas serta bisa memberi manfaat di berbagai bidang kehidupan.
C.    Masyarakat
Dalam kehidupan sehari-hari, Kehidupan generasi muda Indonesia tak dapat dipisahkan dengan kondisi sosial yang semakin memburuk dengan adanya berbagai tindakan penyimpangan hukum yang sudah di tetapkan oleh pemerintah. Beberapa indikator yang dapat kita baca atau kita saksikan lewat media elektronik antara lain:
1.         Pemaksaan kehendak, baik dilakukan perseorangan maupun kelompok sering dilakukan diwujudkan dalam bentuk kekerasan.
2.         Konflik horizontal antar warga masyarakat baik berlatar belakang etnis, agama, kelompok atau kepentingan yang diikuti dengan tindak kekerasan dan perusakan..
3.         Konflik vertikal antara Pemerintah dan sebagian masyarakat yang diikuti dengan perusakan fasilitas dan peralatan milik negara.
4.         Main hakim sendiri dengan tindakan yang seringkali tidak beradab.
5.         Pesta sabu-sabu, minuman keras, perkosaan dan berbagai tingkah laku lain yang bertentangan dengan norma agama, budaya dan etika.
6.         Saling menghujat antara elit politik baik yang di legeslatif maupun yang duduk di eksekutif.
Semua contoh di atas berimplikasi kurang baik pada generasi muda karena masyarakat yang diharapkan dapat berfungsi sebagai motor penggerak dalam melaksanakan kebajikan dan mencegah kemungkaran justru sering menjadi pemicu terjadinya dekadensi moral, maka kita tidak bisa berharap banyak dari masyarakat untuk kualitas moral, mentalitas bahkan profesionalisme bagi para penerus negeri ini.
Di sinilah diharapkan sosok keteladanan dari para pemangku negeri ini. Dari pemimpin Eksekutif, Legislatif, yudikatif, sampai para pemuka masyarakat baik formal (atasan) maupun informal di masyarakat, mereka diharapkan mampu memberi suri tauladan dalam kehidupan bernegara yang bermartabat, mampu menjadi pribadi yang berakhlak dan beretika dalam kehidupan berpolitik, sehingga tak akan ada lagi pemimpin kita yang terjerat kasus korupsi, suap, penyalahgunaan kekuasaan dan lain-lain.
Jika dalam ketiga pilar kehidupan generasi muda di atas terdapat masing-masing tokoh keteladanan (figur) yang dapat dijadikan acuan atau barometer bagi para generasi muda Indonesia, maka diharapkan akan muncul sebuah generasi yang selalu optimis dan beretika serta berakhlak baik dalam kehidupan nyata di masyarakat. Tetapi selanjutnya kita serahkan semua kepada taufik dan hidayah Allah SWT.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1.    Kesimpulan
          Dari makalah di atas, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan, di antaranya adalah :
A.  Adanya degradasi moral yang terjadi pada generasi muda Indonesia yang diakibatkan oleh hilangnya sosok yang mampu menjadi teladan dan contoh sopan santun dan beretika (moral) dalam kehidupan sehari-hari.
B.  Pentingnya peran sosok keteladanan (figur) bagi para generasi muda dalam mengambil tindakan sesuai dengan akhlak dan etika yang diatur oleh agama dan Negara.
C.  Terdapat 3 sektor bidang kehidupan yang turut menyumbang saham dalam pembentukan etika (moral) para generasi muda yaitu: keluarga, lembaga pendidikan dan masyarakat.
3.2.    Saran
          Berikut ini kami kemukakan beberapa saran agar berlangsungnya proses pembentukan etika (moral) para generasi muda Indonesia.
A.  Harus dimunculkannya para sosok teladan dalam setiap aspek kehidupan para generasi muda sehingga mampu menularkan dan membentuk karakter bangsa yang tetap menghargai nilai-nilai dan norma-norma yang sudah ada di negeri ini.
B.  Perlunya perhatian besar dari para pimpinan agar mampu menjadi suri tauladan dan contoh perilaku berakhlak dan beretika yang baik bagi para anggota maupun bawahan dalam lembaga yang dipimpinnya.