Bahasa bisa kita temui di manapun kita berada, kehidupan manusia normal tidak bias luput dari bahasa. Bahasa mamupu menjembatani hubungan kita dengan orang lain, dan bahkan perangkat pengetahuan manusia yang demikian banyak juga tersimpan dan disebarluaskan melalui bahasa. Studi ilmiah tentang bahasa itu lazimnya dikenal sebagai lingustik.
1. Perkembangan
Studi Bahasa
Bahasa dapat
dipelajari dari beberapa sudut pandang, misalnya dari sudut keberadaanya pada waktu tetentu. Ada 2
jenis pendekatan tentang kajian bahasa yaitu :
a. Pendekatan
Sinkronik :
pendekatan yang mengkaji kronologi suatu bahasa yang terdapat pada suatu masa
tertentu tanpa adanya interval waktu.
Contoh : kajian tentang bahasa Indonesia pada tahun 1990-an
b. Pendekatan
Diakronik :
pendekatan yang mengkaji perubahan – perubahan
pada suatu bahasa yang terjadi antara 2 waktu ( ada tenggang waktu).
Contoh : Studi tentang perkembangan bahasa Latin menjadi bahasa-bahasa
Romans (Romance) modern.
Studi tentang linguistik dapat
bersifat Teoritik maupun Terapan :
a. Linguistik
Teoritik : menekuni
penyusunan model atau teori bahasa dan menerangkan struktur-strukturnya.
b. Linguistik
Terapan :
memanfaatkan teori temuan linguistik teoritik untuk digunakan dalam pengajaran
bahasa, penyusunan kamus, atau terapi gangguan berbahasa.
Terdapat beberapa
pendekatan-pendekatan awal pada kajian linguistik berlangsung dari abad kelima
sebelum Masehi hingga abad ke-19. Panini, seorang ahli tata bahasa dari India
telah mendeskripsikan bunyi dan tata bahasa Sanskrit pada ± 400 SM. Pada awal abad 18 filsuf
Jerman, Gottfried Wilhelm Leibniz menegaskan bahwa bahasa-bahasa di Eropa, Asia
dan Mesir diperkirakan berasal dari satu moyang bahasa. Atas dasar perkiraan
Leibniz ini, orang termotivasi untuk memulai studi di bidang filologi atau
linguistik komparatif. Menjelang akhir abad ke-18 Sir William Jones (1746-1794)
seorang pakar asal Inggris mendapati bahwa bahasa Sanskrit memiliki banyak
kesamaan dengan bahasa Latin dan Yunani. Jacob Grimm, ahli filologi dari Jerman
dan Rasmus Christian Rask (1787-1832), ahli filologi dari Denmark mencatat
bahwa bila bunyi kata dari suatu bahasa selaras dengan bunyi yang mirip dengan
kata-kata dari bahasa lain yang terkait, maka kedua bahasa itu memiliki pola
perubahan bunyi yang sama.
Sekitar akhir abad ke-19 banyak
kajian dilakukan terhadap bunyi bahasa. Ahli-ahli bahasa dari Eropa yang
tergabung dalam kelompok Neogrammarian mengemukakan bahwa bukan saja
bunyi-bunyi tersebut selaras, memiliki pola yang sama, akan tetapi setiap
kekecualian terhadap aturan bunyi ini menandakan bahwa bunyi yang tidak
selaras, tentunya dipungut dari bahasa lain. Deskripsi tentang keselarasan
bunyi ini pula yang memungkinkan pembandingan bentuk-bentuk yang berbeda yang
diucapkan penutur bahasa dari kelompok dan wilayah yang berlainan. Studi di
bidang ini dikenal sebagai Dialektologi.
Dalam abad ke-20 studi linguistik
berkembang ke beberapa arah. Pertama, Linguistik Deskriptif dan Struktural.
Model analisis deskriptif ini pertama kali dilakukan oleh Franz Boas seorang
ahli antropologi keturunan Jerman-Amerika bersama Edward Sapir (1884-1939)
ketika mereka mempelajari bahasa-bahasa Indian di Amerika.
Berdasarkan karya Boas dan Sapir,
Leonard Bloomfield (1887-1949) seorang linguis Amerika, melakukan analisis
tingkah laku (behaviouristic) terhadap bahasa. Dalam bukunya, Ferdinand de
Saussure (1857-1913), seorang linguis asal Swiss, membedakan antara
konsep-konsep “langue” dan “parole” yaitu:
a. Langue : pengetahuan yang dimiliki seorang
penutur sehingga dapat membedakan gramatikal-tidaknya suatu kalimat dalam
bahasa yang ia gunakan.
b. Parole : perilaku bahasa atau ujaran yang
diucapkan oleh penutur.
Bentuk linguistik lainnya lahir dan
dikembangkan di Prague pada tahun 1930-an. Para linguis dari mazhab Prague
menekankan fungsi dari unsur-unsur internal bahasa. Mereka menegaskan pemerian
terhadap suatu bahasa harus mencakup cara bagaimana pesan –pesan disampaikan.
Aliran linguistik berikutnya ialah
Tata Bahasa Transformasi- Generatif (Transformational – generative Grammar),
pada pertengahan abad ke-20 seorang linguis Amerika, Noam Chomsky menyatakan
bahwa linguistik seyogyanya beroperasi lebih jauh dari pada hanya menerangkan
struktur bahasa. Sistem analisis bahasa yang membantu menggenerasikan
kalimat-kalimat yang tidak gramatikal ini, dinamai Tata Bahasa Generatif (Generative
Grammar). Sedangkan Tata Bahasa Transformasi (Transformational Grammar)
yaitu mengambil unit-unit semantik yang paling dasar.
Pada tahap berikutnya muncul
Linguistik Komparatif Modern, yang juga lahir pada abad ke-20.
2. Pasca
Linguistik Komparatif Modern
Memasuki dekade keempat abad ke-20,
para ahli filsafat seperti Morris (1938,1946) dan Carnap (1942) telah banyak
memperbincangkan tentang cabang baru ilmu bahasa, yakni Pragmatik (Pragmatics),
yaitu “studi tentang bagaimana ujaran-ujaran memperoleh maknanya dalam situasi
atau konteks”. Terdapat kemiripan antara Semantik dan Pragmatik yaitu sama-sama
mengkaji makna namun ada pula perbedaannya yaitu:
a. Semantik : terdapat
hubungan Diadik maksudnya melibatkan dua komponen, makna apa dari X.
b. Pragmatik :
terdapat hubungan Triadik yang mencakup tiga hal ; makna apa, menurut
saudara tentang X.
3. Sosiolinguistik
Ilmu ini bersifat Interdisipliner,
gabungan dari Sosio-(Logi) dan Linguistik. Fishman dalam Giglioli mengatakan
bahwa “Ilmu ini meneliti meneliti interaksi antara dua aspek tingkah laku
manusia: penggunaan bahasa dan organisasi tingkah laku sosial”. Bram dan Dickey
mengkhususkan sosiolinguistik pada bagaimana bahasa berfungsi di tengah masyarakat.
Dua hal yang menjadi fokus dari sosiolinguistik yaitu : Bahasa dan Dimensi
Kemasyarakatan.
4. Pembidangan
Linguistik
Secara garis besar linguistik dibagi dalam dua bagian, yaitu:
a. Mikrolinguistik : mempelajari bahasa secara
internal; dari dalam sistem bahasa itu sendiri.
b. Makrolinguistik
: menganalisis
bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor eksternal di luar sistem bahasa;
termasuk di dalamnya ilmu-ilmu bahasa terapan.
5. Empat Bagian
Pembahasan
Bagian pertama buku ini terdiri dari
2 bab : mengenai sejarah perkembangannya secara umum, dan pendalaman isu-isu
sosiolinguistik.
Bagian kedua mencakup empat bab
dengan konsentrasi pembahasan hubungan antara bahasa dengan masyarakat. Masalah
utama dalam bagian ini antara lain pengelompokkan bahasa berdasarkan studi
komparatif, munculnya variasi bahasa, akibatnya muncul multilingualisme dalam
segala aspek masyarakat.
Bagian ketiga ditampilkan hubungan
antara bahasa dan kebudayaan. Dalam bagian ini dibahas tiga topik, yakni
hubungan bahasa dengan kebudayaan, fenomena sopan santun berbahasa dan
komunikasi lintas budaya.
Bagian terakhir yang hanya terdiri
dari satu bab mengetengahkan tentang hubungan dan manfaat sosiolinguistik bagi
pengajaran bahasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar