BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah
makhluk sosial yang dalam menjalani kehidupan sehari-harinya selalu
berinteraksi dengan manusia yang lain untuk mencapai tujuannya. Bahasa
merupakan salah satu alat yang digunakan manusia untuk mengungkapkan maksud dan
tujuan dalam diri mereka kepada manusia yang lain. Salah
satu karakteristik yang menempel dalam semua bahasa di dunia ini adalah bahasa
mempunyai tingkatan satuan bentuk kebahasaan, mulai tingkatan atau tataran
bunyi sebagai tataran terendah sampai tataran tertinggi yaitu wacana (Asrori,
2004: 9).
Salah satu
kajian dalam kebahasaan adalah Sintaksis. Sintaksis adalah cabang linguistik
yang mempelajari hubungan antar kelompok kata (frasa) dalam satuan dasar
sintaksis yang disebut kalimat (Verhaar, 1992: 70, lihat juga Kentjono, 1990:
53). Beberapa pembahasan menarik yang terdapat dalam ruang lingkup sintaksis
adalah klausa dan kalimat. Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtutan
kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam kontruksi itu ada
komponen berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain
berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan (Chaer, 2007: 231).
Kalimat adalah
satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa
klausa dan dilengkapi dengan konjugasi bila diperlukan, serta disertai dengan
intonasi final (Chaer, 2007: 240). Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat
terbagi menjadi dua bentuk yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat
tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa bebas tanpa klausa
terikat (Keraf, 1980: 151) sedangkan kalimat majemuk adalah kalimat yang
terdiri dari beberapa klausa bebas.
Berkenaan
dengan sifat hubungan klausa-klausa di dalam struktur kalimat majemuk, maka
kalimat majemuk terbagi menjadi dua yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk bertingkat. Ada dua cara menghubungkan klausa-klausa bebas dalam sebuah
kalimat majemuk, yaitu dengan koordinasi dan subordinasi (Alwi et al,
1998: 386 – 390). Salah satu bentuk konstruksi kalimat bahasa Arab yang
merupakan kalimat majemuk hubungan subordinasi adalah جملة
شرطية / jumlat-un
syarthiyat-un / ‘kalimat kondisional atau pengandaian’.
Haywood (1962: 290) mendeskripsikan kalimat
kondisional adalah kalimat yang terdiri dari sebuah kontruksi yang terdiri atas
protasis dan apodosis. Protasis yaitu kalimat yang
menyatakan sebuah kondisi atau شرط /
syarth-un / sedangkan apodosis
yaitu kalimat yang menyatakan jawaban atau hasil dari sebuah kondisi atau جواب
الشرط / jawaab-u al-syarth-i / dimana kalimat ini akan mengekspresikan
sesuatu yang akan ditimbulkan oleh kondisi (klausa syarat) yang telah
disebutkan sebelumnya.
Contoh kalimat kondisional dalam bahasa Arab yaitu:
1.
menggunakan penanda syarat لو /
Lau /
لو كنت
ملكا حكمت بعدالة
/
Lau kun-ta malik-an hakam-tu bi’adaalat-i /
‘Seandainya aku
bisa menjadi raja, maka aku akan menerapkan hukum dengan seadil-adilnya.’
Contoh
(1) adalah kalimat kondisional berstruktur verba perfektif (fi’il maadhi) baik
dalam protasis maupun apodosis. pada protasis لو
كنت ملكا dan pada apodosis حكمت
بعدالة verba keduanya
merupakan verba perfektif (fi’il maadhi).
2.
menggunakan penanda syarat إن / In /
إن رفضوا فلا ينجحون
/
In rafadh-uu fa laa ya-njahuu-na /
‘Jika
mereka memberontak, maka mereka tidak akan sukses’.
Contoh
(2) adalah kalimat kondisional berstruktur verba (fi’il) pada protasis
إن
رفضوا dan
verba pada apodosis فلا ينجحون, verba pada protasis
merupakan verba perfektif (fi’il maadhi), sedangkan verba pada apodosis
berupa verba imperfektif (fi’il mudhaarri’ ) yang didahului oleh partikelف / fa dan لا / laa
/.
3.
menggunakan penanda syarat إذا
/ Izaa /
إذا طلعت
الشمس طلع النهار
/
Izaa thala’a-t al syams-u thala’-a al nahaar-u
/
‘Jika
matahari telah terbit, maka hari akan mulai berlangsung’.
Contoh (3) adalah kalimat kondisional
berstruktur verba (fi’il)
pada protasis إذا طلعت الشمس dan verba pada apodosis طلع
النهار, keduanya merupakan
verba perfektif (fi’il maadhi)
Dalam beberapa contoh di
atas, penulis melihat adanya beberapa
perbedaan makna yang terkandung pada tiap pola yang dimiliki oleh kalimat
kondisional bahasa Arab. Makna – makna tersebut meliputi dapat dan tidak dapatnya
kondisi pada klausa syarat yang sangat berimplikasi dengan terjadinya klausa
utama.
Selanjutnya adanya hubungan-hubungan makna
yang timbul adalah sebagai akibat pertemuan antar satuan bahasa yang menjadi
unsur pembentuk kalimat kondisional Arab baik itu pemilihan أدواة الشرط
/ adawaa-t al syarth-i / yang menghubungkan dua klausa, klausa
kondisi pengandaian شرط
/ syarth-un / protasis dan klausa
jawaban جواب / jawaab / apodosis
”.
Dalam
bahasa Inggris, Sokah (1980) menyatakan kalimat kondisional disebut juga conditional
sentences yang dapat dinyatakan dalam tiga tipe yaitu (a) kalimat
kondisional terbuka (open condition), (b) kalimat kondisional dugaan
yang tak mungkin (improbable, unlikely), dan (c) kalimat kondisional
yang mustahil.
Berikut
ini akan dipaparkan beberapa contoh pola kalimat kondisional dalam bahasa
Inggris:
a. If I have
time, I will go to Dian’s school (jika aku punya waktu, Aku akan pergi ke sekolah
Dian).
b. If I had time, I would
go to Dian’s school (jika
aku punya waktu, Aku akan pergi ke sekolah Dian).
Berdasarkan dua kalimat di atas, terlihat
perbedaan yang mendasar pada kalimat (a) dan (b). Jika pada protasis
kalimat (a) terdapat I have time yang merupakan Present Tense
atau kata kerja dalam bentuk sekarang sedangkan klausa utama yaitu sebuah
kalimat jawaban I will go to Dian’s school yang merupakan Future
Tense atau kata kerja dalam bentuk masa depan. Klausa utama akan mungkin
terjadi jika syaratnya terpenuhi (hipotetis). Dengan kata lain, peristiwa
‘pergi’ dalam ‘I will go’ akan terlaksana jika ada ‘waktu’ dalam ‘if
I have time’.
Pada kalimat (b) keinginan ‘pergi ke
sekolah Dian’ sudah tidak mungkin terjadi karena kenyataan saat ini ‘aku tidak
punya waktu’. Hal ini tercermin dari klausa utama dalam kontruksi kalimat
tersebut yang merupakan bentuk Past Future Tense atau kata kerja bentuk
lampau yaitu I would go dan
klausa syaratnya yang merupakan bentuk Past Tense ‘if I had time’.
Bentuk kalimat dalam tipe ini merupakan kalimat khayalan atau dugaan
(imajinatif) yang tidak mungkin terjadi sekarang, tapi kemungkinan hasilnya
dapat dikhayalkan atau diperkirakan jika syaratnya terpenuhi.
Dari berbagai keterangan di atas bisa
kita lihat bahwa kalimat
kondisional adalah kalimat yang membahas implikasi faktual dan atau situasi
hipotetis beserta konsekuensinya, Sehingga bisa diperoleh
dua jenis hubungan, yaitu: hubungan kondisional hipotetis dan imajinatif.
Hubungan hipotetis pada sebuah proposisi
yaitu adanya sebuah kebenaran yang dinyatakan pada sebuah syarat tertentu
(Mundiri, 2010: 69). Pada proposisi
hipotetis, penanda kondisionalnya adalah “jika, apabila, atau manakala, yang
kemudian dilanjutkan dengan “maka”, meskipun yang terakhir ini sering tidak
dinyatakan. Penanda pada proposisi hipotetik berfungsi menghubungkan dua buah
pernyataan, contoh: Jika permintaan bertambah maka harga akan naik. “permintaan
bertambah” sebagai pernyataan pertama disebut sebab atau antecedent dan
“harga akan naik” sebagai pernyataan kedua disebut akibat atau konsekuen
(McCall, 1966: 61).
Memperhatikan beberapa contoh dan latar
belakang mengenai kalimat kondisional di atas, maka tampak adanya beberapa jenis bentuk dan makna yang berbeda
dalam setiap kalimat kondisional bahasa Arab, maka penulis tertarik untuk
mengangkat judul: “KALIMAT KONDISIONAL BAHASA ARAB DALAM NOVEL ‘USHFUUR MIN AL-SYARQ”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan
uraian 1.1 latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.
Bagaimana bentuk kalimat
kondisional yang terdapat di dalam novel
‘Ushfuur min al-syarq.
2.
Apa sajakah makna dari penggunaan
setiap kalimat kondisional yang terdapat di dalam novel ‘Ushfuur min al-syarq?
1.3 Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi ruang
lingkup penelitian supaya tidak terjadi pelebaran masalah yang tidak diinginkan yaitu dimulai dari mengambil
semua kalimat kondisional dalam novel ‘Ushfuur min al-syarq kemudian akan
disingkronkan dengan novel terjemahannya Burung Pipit dari Timur sebagai
korpus data yang sesuai dengan kebutuhan peneliti.
Kalimat
kondisional yang akan dianalisis oleh penulis dibatasi pada kalimat dengan
penanda
شرط
/ syarth-un / protasis
لو / lau /, إن / in /, dan إذا
/ izaa / yang memiliki
makna hipotetis dan imajinatif.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan
adanya bentuk dan kandungan makna dari
berbagai jenis kalimat kondisional yang berbeda pada bahasa Arab dalam novel Ushfuur min al-syarq.
1.5 Manfaat Penelitian
Penulis
berharap penelitian ini bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut:
a. Memberikan
informasi terkait bidang sintak-semantik kalimat kondisional bahasa Arab.
b. Menambah
kajian mengenai bidang linguistik bahasa Arab.
c. Menjelaskan
beberapa jenis dan makna kalimat
kondisional pada bahasa Arab sesuai penanda syarat yang
digunakan.
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1 Korpus Data dan Teknik Pengumpulan
Data
Data yang
diambil penulis dalam skripsi ini yaitu semua kalimat kondisional yang memuat partikel
لو / lau /, إن / in /, dan إذا
/ izaa / pada novel ‘Ushfuur min al-syarq karya Taufiq El
Hakim (2003) yang berisi 192 halaman dan diselaraskan dengan novel terjemahan
berbahasa Indonesia berjudul Burung Pipit
dari Timur,
namun fokus penelitian akan lebih mengarah kepada karya berbahasa Arab.
Tehnik
pemerolehan data dilakukan penulis melalui pengamatan langsung (observasi) pada
sumber data yaitu novel ‘Ushfuur min al-syarq . Berikutnya,
mengelompokkan kalimat tersebut berdasarkan
masing-masing penanda syarat dengan maknanya. Pada tahap terakhir, penulis
menganalisisnya secara sintak semantik berdasarkan kerangka teori sesuai dengan
tema penelitian.
1.6.2 Metode Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan (Library
Research). Dalam penelitian ini, Untuk memudahkan dan membantu penulis,
maka diperlukan sebuah metode. Metode yang penulis pilih adalah metode analisis
deskriptif. Pengertian dari
metode deskriptif menurut Sugiyono (2005: 21) adalah: “Metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil
penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.”
Lebih lanjut hasil analisis akan penulis paparkan dalam bentuk narasi.
1.7 Sistematika Penulisan
Penelitian
ini ditulis dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut:
BAB
I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, ruang lingkup dan pembatasan masalah, metode penelitian,
tujuan penelitian, serta manfaat penelitian secara garis besar.
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi uraian mengenai penelaahan teoritis
dari studi kepustakaan terhadap analisis deskriptif dan bacaan lainnya yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian tentang adanya hipotesis dalam kalimat
kondisional bahasa Arab.
BAB
III KERANGKA TEORITIS
Bab ini berisikan tentang rancangan teori-teori yang
menyangkut dengan kalimat kondisional bahasa arab, unsur-unsur pembentuknya,
dan makna yang terkandung di dalamnya.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi dua bagian, yaitu bagian
pertama membahas deskriptif objek penelitian yang mengklasifikasikan beberapa
bentuk dan variasi kalimat kondisional bahasa Arab, menguraikan unsur-unsur
pembentuk kalimat kondisional bahasa Arab seperti beberapa أدواة
الشرط / adawaa-t al syarth-i / dan kontruksi kalimat yang terdapat
pada protasis dan apodosis serta kandungan setiap makna dalam
penggunaan kalimat kondisional bahasa Arab.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan tentang ringkasan hasil analisis
dan evaluasi data yang menjelaskan tentang kesimpulan dan saran-saran untuk
penelitian selanjutnya yang ada hubungannya dengan permasalahan yang dibahas
dalam penelitian ini.
Untuk Bab II, Bab III, Bab IV, dan Bab V to be continue or hubungi saya lebih lanjut hehehe *.+
Untuk Bab II, Bab III, Bab IV, dan Bab V to be continue or hubungi saya lebih lanjut hehehe *.+
5 komentar:
assalamu`alaikum..teh salam kenal saya hery mahasiswa UIN SGD Bandung.mau izin, saya boleh lihat bab-bab slnjt y sbg referensi teh? karena skrg saya sedang melakukan penelitian ttg conditionaljuga. sebelumnya terimakasih :)
assalamu`alaikum..teh salam kenal saya hery mahasiswa UIN SGD Bandung.mau izin, saya boleh lihat bab-bab slnjt y sbg referensi teh? karena skrg saya sedang melakukan penelitian ttg conditionaljuga. sebelumnya terimakasih :)
Wa'alaikum salam... Bisa tinggalkan alamat e-mail anda...
assalamu'alaikum..
saya mahirun, apa saya boleh lihat bab selnjutnya??? untuk referensi jg.
Assalamualaikum kak
Saya mahasiswa UIN SGD, mohon izin, bolehkah saya melihat bab selanjutnya untuk dijadikan referensi?🙏🏻
Posting Komentar